#Ibu: Evaluasi
Aku tahu jadi ibu itu lelah, tapi kenapa tidak ada yang memberi tahuku sebelumnya bahwa akan selelah ini? Bahwa ini adalah pekerjaan yang tanpa libur, bahkan terbawa hingga tidur ... ia tetap melekat di samping, bahkan semakin malam ia semakin erat memerlukanku. Tidak ada sedetik pun terlewat tanpanya, hanya bersamanya, teman yang belum bisa menjawab obrolanku. Tangis satu-satunya isyaratnya. Sesekali aku ikut menangis bersamanya, sesak di dada karena aku terlalu bodoh untuk mengerti apa maksud tangisnya. Kalimat "Semua ibu pasti ingin yang terbaik untuk anaknya." menjadi penenang. Setidaknya di ujung malam setelah melewati hari yang panjang, aku masih ingat dengan tulus ikhlas mengelus kepalanya, merapalkan doa, sesekali sambil menangis. Rasa lelah, sakit, rapuh, sedih, dan sesal karena sudah sebesar ini pun perjuanganku masih belum cukup untuk menjadi ibu yang baik. Iya. Pertanyaan "Kenapa tidak bisa lebih kritis seperti ibu-ibu yang lain?" saat aku tidak tahu imu