Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Mac & Cheese

Gambar
Kemaren harusnya free, ga ada ke kampus samsek tapi berhubung ada sosialisasi dari DinKes yasudah keluar rumah. Terus kepikiran buat try-try masak gitu๐Ÿ˜‚ Akhirnya siang dijalan pulang mampir ke food store beli bahan. Dikit aja sih, karena lebih pengen menggunakan bahan yang ada dirumah. Rencananya mau bikin pizza. Nyoba makai sauce yang udah siap pakai, sebenernya pasta sauce sih tapi ya kuranglebih aja kan dengan ingredients sauce buat pizza. Tapi pas sampai rumah kata mama besok aja bikinnya, berhubung ada acara keluarga sore itu. Yasudahlah . . . Mama berangkat duluan sama nenek. Tinggallah aku sama adek pertama yang disuruh nyusul 2 jam lagi. Krik-krik juga sih berdua sibuk sama hp masing-masing dan perut ikut ngeramein suasana. Akhirnya aku ke dapur. Buka-buka laci, ketemu macaroni sama susu powder yang eye catching banget depan muka wkwkwk๐Ÿ˜‚ Akhirnya kepikiran bikin mac&cheese. Mac nya direbus dulu, air rebusannya kasih minyak dikit biar Mac nya ga lengket. Trus di sauce

๐ŸŒƒ๐ŸŒ™

Maju ditentang, namun mundur tak mampu. Jika sekiranya tak akan pernah menjadi nyata, semoga Tuhan segera menghapuskan.

Home

Tempat yang menjadi tujuanku kembali membawa segala kisah tentang suka-dukanya perjuanganku di luar dan hasil baiknya; Rumah. Tempatku bersama dengan orang-orang yang menjadi penyokong dan alasan dari segala pencapaian sukesku. Tempat yang menjadi sumber tawa dan air mata persaudaraan meski tak sedarah; teman, sahabat. Orang-orang yang ikut tertawa pada hal yang bagiku lucu, ikut menangis akan cerita pedih yang ku utarakan, saling menerima apa adanya tanpa canggung. Adanya mereka semoga selamanya tetap seperti ini dengan beribu bahagia. Selebihnya, saat ini jika aku kehilangan seseorang di luar dari itu, maka (semoga) aku tetap baik-baik saja. ☺

Untitled(!)

Hati selalu mengukir tentang semua yang pernah membuatnya singgah. Banyak sekali yang sudah tertulis. Ada tulisan yang tulus dari kebahagiaan jiwa, tak sedikit pula yang berupa luapan kedukaan hati. Layaknya malam ini. Aku masih memikul tanya dibenak. Mengapa bisa manusia menunggu yang telah pergi; mengharap yang tanpa kepastian; lalu terluka sebab orang yang menari seakan tak bersalah; akhirnya terkapar dalam berdanau air mata(?!)

W A R

Raga itu menjadi negara yang luas dengan perang besar antara hati dan logika. Terus berlangsung sejak kemarin-kemarin hingga kini, tiada jeda. Sedikit demi sedikit negara itu terbenam dalam gundah kelam, bagaimana lagi mendamaikan keduanya yang berseteru? Ada pilihan berat antara tetap tinggal atau perlahan pergi. Hati bersi keras untuk menunggu sedangkan logika berteriak memaksa untuk lupa. Hingga senja menguning untuk kesekian kalinya namun rasa tak kunjung redam meski telah terpuruk ditinggal sang Tuan tanpa jejak. Ini pilihan terakhir; malaikat atau setan?