Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Pengalaman Jadi Asisten Dosen

Gambar
Jadi, duluuu banget, kalau ga salah aku masih SMP, diceritain orangtua tentang anak temen beliau yang jadi asisten dosen (dia orang Indonesia yang juga tinggal di Makkah, melanjutkan kuliah di Indonesia). Kami satu sekolah dan dia beberapa tahun di atasku, orangnya terkenal pinter banget seantero sekolah, juara kelas, ikut lomba-lomba dan menang, jadi delegasi sekolah buat event internasional di luar Saudi, etc. Intinya, (mungkin) kebanyakan orangtua mengidam-idamkan anak mereka jadi kayak dia. Secara ga langsung juga sebenernya aku jadi kagum gitu, jadi pengen se-terkenal dia karena prestasi. And I tried very hard, hasilnya yah ... Alhamdulillah. Balik lagi ke topik, jadi waktu itu aku ga tau tugas asisten dosen itu ngapain, cuman yah dari namanya "Asisten dosen" ya berarti bantuin dosen(?) mungkin bantuin ngabsen mahasiswa(?) *soalnya dulu waktu aku sekolah selalu diabsen satu-satu sama guru, jadi mikirnya kuliah juga bakal gitu wkwk*. Setelah sekian tahun berlalu, akhirny

Ambil Saja!

Pernah ga sih kalian ngerasa kayak "Ini milik aku.", "Pokoknya ini udah aku genggam!", "Ga ada yang boleh ganggu, ini punyaku!" dan perasaan lain semacam itu. Lalu ketika ada yang 'mengambil'nya, hati langsung kesel, kecewa, marah, benci sekali dengan orang yang merebut. Aku, sih, jujur pernah. Kemana kalian pergi mencari ketenangan disaat kecewa? Dengan siapa kalian curhat saat sedih yang amat sangat? Sedih karena 'kehilangan' atau 'ditinggalkan', misalnya(?) Rasanya baru saja kemarin aku merasa rapuh, jatuh dan (ibaratnya) untuk menegakkan kepala saja tidak mampu. Bagaimana pengekspresian kecewaku? Berkoar mungkin iya, tapi sebatas tulisan dan relatif sebentar lalu menguap begitu saja, selebihnya aku pilih untuk menyimpan sendiri. Kalau mau nangis, ya, cukuplah nangis saat sendiri. Hm engga sih, bukan sendiri! Lebih tepatnya berdua, dengan Allah. Terkadang menjadi tidak tau itu lebih baik daripada tau lalu menambah kesedi