Inikah Rasanya? #Eps: Antologi Perdana - Di Sebuah Surau Ada Mahar untukMu

Saudara-saudara sebangsa tanah, sebangsa air *ups :)) Sebangsa dan setanah air maksudnya xD. Kembali lagi bersama saya Fauziah Abdul Aziz B-) dalam acara yang tak berjudul *loh? :))*

Kali ini mau promosi :"> *berasa jadi sales yang ngejajain panci ke emak-emak arisan :-<* Ini antologi pertama saya *jungkirbalik* Emang judulnya gimana gimanaaa gitu, karena ada kata "Mahar" dll. Tapi isinya keren loh ;;

Ayuuk, diorder diorder diordeeeeer. Biar pinter, baca buku ;;) Nah, ini salah satu buku yang pantes dimiliki sama cowo-cowo yang ngerasa ganteng, dan cewe-cewe yang ngerasa cantik. Ga punya buku ini, artinya ga ganteng, juga ga cantik :-p

Oke, berikut identitas buku dan sinopsisnya. Cekidot ;-)



DI SEBUAH SURAU ADA MAHAR UNTUK MU
Penulis                   : Ady Azzumar, dkk
Penyunting             : TINTA Media
Design cover         : Anonim
Desain Layout Isi  : Anonim
Cover color            : laminasi matt ap230
Tebal Halaman      : + 450 halaman
cet. 1, 2011            : 13,5 x 20cm
Penerbit                  : TINTA Media
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Cetakan I, 2011
cet. 1, 2011; 13,5 x 20cm
ISBN : 978-


Harga buku Rp. 79.000, belum termasuk ongkos kirim

DI SEBUAH SURAU ADA MAHAR UNTUK MU
(Novelet: Ady Azzumar)


……


“Semua kembali pada Abah, bila menurut Abah dan Ibu ini terbaik buat Nissa, Nissa setuju saja Abah” air mata pun tumpah membasahi ke dua pipi wajah Nissa.
“Hanya satu Abah yang ingin Nissa tanyakan pada calon suami Nissa. Mahar apa yang ia berikan buat Nissa?”


Semua terdiam. Ayah Nissa pun kaget dan tidak akan berpikir sejauh apa yang akan ditanyakan barusan oleh anaknya.
Suasana menjadi hening.


“Aku bersedia hijrah dari Katolik menuju Islam, dan Syahadatku ini nantinya yang akan menjadi mahar untukmu” hatinya tegetar hebat ketika apa yang barusan diucapkan, pilihan bijak atau sebuah hidayah menghantarkan Zandy berkata sedemikan.


….


Surau Di Ujung Sepi


Karya: IRFAN FAUZI.


Hanya kayu rapuh yang menyanggamu
puing berayap menjadi atapmu
kala hujan datang basah kuyup menggenangi suasanamu.
Namun dalam kedamaianmu lah akan tercipta kehidupan.
Saat kening tersentuh lantai dinginmu,
betapa sejuk jiwa dan hati bersamamu.
Kau peneduh dalam gersang kehidupan.
Ketika ufuk barat mewarnai langitnya dengan lembayung kuning
dan dawai waktu bersenandung
menggelincirkan hitungan detik menuju senja.
Di saat itulah engkau akan menebarkan Asma Tuhan,
lantunan adzan menggema dari arahmu.
Menjelajahi relung hati bagi jiwa manusia
untuk tunduk dalam dekapan rahmat Illahi.
Di bawah gemericik kasih sayangNya,
kau naungi segenap telapak diri yang pasrah pada Illahi.
Dalam pekat malam, saat cahaya rembulan menerangi jubah Mihgrobmu
hanya secercah redup dari kuningnya lentera yang tergantung di berandamu,
kau senantiasa menghidupkan hitamnya malam.
Terkadang simponi dengkuran burung menghias di atapmu
Melagukan dzikir keanggunan malam.
Namun sejalan bergantinya pagi menuju siang,
bersanding sore menyusul malam, berganti pula hari dan bulan.
Kini tak setapak pun langkah kaki
sempat bertandang menuju lantai naunganmu
debu pun semakin akrab menyusun lekuk kayu rapuh penutup punggungmu.
Kini kau sendiri, sepi ketika kau lantunkan adzan
sunyi saat kau menyeru Asma Tuhan.
Lelahnya hawa senja menjauhkan telapak yang akan mengetuk pintumu,
malam yang dingin pun jemu menelantarkan lenggangnya berandanmu
dari kening yang bersujud.
Dan ketika timur datang membawa cahaya kehidupan
kau lantunkan panggilan Tuhan dengan kesendirian.
Hanya embun dingin yang tunduk jatuh ke bumi,
hanya kabut pagi yang bersemi memuji kebesaran Illahi.
Sedang kau tersisih sepi dari tangan-tangan
yang menengadah menghadap Illahi


Endorsemen :


“Kisah-kisah manis yang membuktikan bahwa cinta ada karena intervensi Illahi.”
(Nessa Kartika – Singapura, Penulis Favorit UNSA 2011)


Pengantar Penerbit


MASJID


Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-Quran. Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajada-sujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari makna-makna di atas. itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya “tempat bersujud.”[1]
Jika dikaitkan dengan bumi ini, masjid bukan hanya sekadar tempat sujud dan sarana penyucian.
Di sini kata masjid juga tidak lagi hanya berarti bangunan tempat shalat, atau bahkan bertayamum sebagai cara bersuci pengganti wudu tetapi kata masjid di sini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah Swt. Dengan demikian, masjid menjadi pangkal tempat Muslim bertolak, sekaligus pelabuhan tempatnya bersauh.Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen, maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah, dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya.Membaca kumpulan cerita pendek dan puisi yang termaktub dalam buku “DI Sebuah Surau, Ada Mahar Untuk Mu”, membuktikan bahwa generasi penulis saat ini masih banyak yang perduli akan bacaan terhadap nilai-nilai moral agama. Bertema masjid, surau, langgar atau musholah, teringat dengan sebuah judul Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Robohnya Surau Kami adalah sebuah kumpulan cerpen sosio-religi karya A.A. Navis. Cerpen ini pertama kali terbit pada tahun 1956, yang menceritakan dialog Tuhan dengan Haji Saleh, seorang warga Negara Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah. Cerpen ini dipandang sebagai salah satu karya monumental dalam dunia sastra Indonesia. Begitupun dengan kumpulan puisi di dalam buku ini, teringat kembali akan puisinya Karya Taufik Ismail yang berjudul Mencari Sebuah Mesjid:


Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang tiang-tiangnya pepohonan di hutan
fondasinya batu karang dan pualam pilihan atapnya menjulang tempat tersangkutnya awan dan kubahnya tembus pandang, berkilauan
digosok topan kutub utara dan selatan
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan
dihiasi dengan ukiran kaligrafi Quran
dengan warna platina dan keemasan
berbentuk daun-daunan sangat beraturan
serta sarang lebah demikian geometriknya
ranting dan tunas jalin berjalin
bergaris-garis gambar putaran angin
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang masjid yang menara-menaranya menyentuh lapisan ozon
dan menyeru azan tak habis-habisnya
membuat lingkaran mengikat pinggang dunia
kemudian nadanya yang lepas-lepas
disulam malaikat menjadi renda-renda benang emas
yang memperindah ratusan juta sajadah
di setiap rumah tempatnya singgah
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang letaknya di mana
bila waktu azan lohor engkau masuk ke dalamnya
engkau berjalan sampai waktu asar
tak bisa kau capai saf pertama
sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu
bershalatlah di mana saja
di lantai masjid ini, yang luas luar biasa
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang ruangan di sisi mihrabnya
yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya
dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnya
di bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian yang menyimpan cahaya matahari
kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturan
ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu yang berguna
di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta
terletak di sebelah menyebelah mihrab masjid kita
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang masjid yang beranda dan ruang dalamnya
tempat orang-orang bersila bersama
dan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka
dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian
dan kalau pun ada pertikaian bisalah itu diuraikan
dalam simpul persaudaraan yang sejati
dalam hangat sajadah yang itu juga
terbentang di sebuah masjid yang mana
Tumpas aku dalam rindu
Mengembara mencarinya
Di manakah dia gerangan letaknya ?
Pada suatu hari aku mengikuti matahari
ketika di puncak tergelincir dia sempat
lewat seperempat kuadran turun ke barat
dan terdengar merdunya azan di pegunungan
dan aku pun melayangkan pandangan
mencari masjid itu ke kiri dan ke kanan
ketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungan
dia berkata :
“Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan”
dia menunjuk ke tanah ladang itu
dan di atas lahan pertanian dia bentangkan
secarik tikar pandan
kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran
airnya bening dan dingin mengalir beraturan
tanpa kata dia berwudhu duluan
aku pun di bawah air itu menampungkan tangan
ketika kuusap mukaku, kali ketiga secara perlahan
hangat air terasa, bukan dingin kiranya
demikianlah air pancuran
bercampur dengan air mataku
yang bercucuran

Jeddah 1990.
Indah bukan? Begitupun dengan puisi-puisi yang tergabung dalam buku ini. Seni puisi atau sajak, di satu pihak harus mampu mengajak seseorang beriman,mengagungkan Tuhan,dan di lain pihak ia harus mampu mengasimilasi sifat-sifat Tuhan seperti Asmaul-Husna (99 sifat Allah) dalam diri manusia seperti ccinta kasih, penyayang, dan lain sebagainya, yang mampu membawa kedamaian bagi umat manusia. Penyair berkarya menciptakan puisi untuk menyesuaikan diri secara lebih baik dengan tata ciptaan-Nya. Dapat dinyatakan bahwa konsepsi estetik manusia-penyair berpangkal tolak dri tiga dimensi: religiusitas, personal-individual, dan mengungkap persoalan sosial.
Akhir kata, kami hadirkan buku ini, semoga dapat menjadi makna berharga, menjadi salah satu manifestasi dari indahnya berkarya. Selamat menikmati dan menemukan maknanya.
TINTA Media.
2011
[1] Oleh Dr. M. Quraish Shihab, M.A.
Daftar Isi
Pengantar Penerbit ……………………………………………… 5
Daftar Isi ……………………………………………………………… 13
Di Sebuah Surau Ada Mahar Untuk Mu
Karya: Ady Azzumar …………………………………… 15
Rumah Kedua
Karya: Abi Sabila ………………………………………. 49
Kutemukan Ketulusan Hati
Karya: Himmah Mahmudah …………………………….. 57
Tiada Kata Terlambat di-Mata-Mu
Karya: Yati Rachmat …………………………………… 65
Di Pintu-Mu Aku Mengetuk
Karya: Oktaviana M ……………………………………. 73
Aku Pada Mu
Karya: ENDANG SSN ………………………………….. .83
Beranda Taubat
Karya: Sandza …………………………………………..95
Cahaya Surau Kami Mengalahkan Mentari
Karya: Hakiki Erawati. ………………………………… 103
Cintamu, Kagumku di Surau-Nya
Oleh: Hylla Shane Gerhana …………………………… 117
Speaker Masjid Kampungku
Karya: Faiz Fathur Roshan ……………………………. 129
Moskee Selwerd
Oleh : Sri Aktaviyani …………………………………… 135
Subuh Gemetar Rindu
Karya: Zuliana Ibrahim…………………………………. 143
Sebuah Kota Asing
Karya: Dodi Prananda …………………………………. 153
Tamasya dari masjid ke Masjid
Karya: Meidian Putri Zusana …………………………… 163
Sehangat Dekapan Masjid
Karya: Syifa Enwa …………………………………….. 169
Wak Sariman, Penjaga Masjid
Karya: Bendi Saputra ………………………………….. 179
Rindu Masjid
Karya: Widya N. ……………………………………….. 189
Langgar
Karya: Aisyah Lsety ……………………………………. 201
Malaikat Masjid
Karya: Dwi Sysil ………………………………………… 211
Puisi Pilihan Terbaik Surau di Ujung Sepi …… ……..223 – 433
1. Cinta yang Paling Karya: Dimas Indianto S
2. Tuhan Aku Datang Pada-MU Karya: Budi Syuhandi
3. Muhasabbah ketika Dhuha Karya: Wahyu Wibowo
4. Pergi Kerumah-Mu, Kekasih Karya: Khairi Esa Anwar
5. Kutemukan Cinta-Mu Karya: Endang SSN
6. Kembali Mencari-Mu Karya: Intan Purnama
7. Mengiba Ampunan Karya: Dee Dyantry
8. Rumah-Mu dan Kenangan Hijaiyah Karya: Syadza Zahratun Nufus
9. Cerita Seorang Hamba Karya: Agustini Suciningtias
10. Renjana Nirwana Karya: Reny Ariani
11. Harapan Karya: Prajna Farravita
12. Izinkan Aku Kembali Pulang Karya: Palupi Jatuasri
13. Taubat Nasuha Karya: Laksmi Kartika Rukmi
14. Saksi Karya: Amalia Masturah
15. Keterasinganku pada Sebuah Surau Karya: Nenny Makmun
16. Persegi Kedamaian Karya: Fajar Sidik
17. Pelabuhan Rinduku Karya: Deenaya Azka
18. Ku Sadari CintaMu di Surau itu Karya: Ulul Rizkia Fitriani
19. Sempatkan… Karya: Adi Saputra
20. Ruang Cinta Karya: Dafriansyah Putra
21. Menyapa-Mu di Sepertiga Malam Karya: Pretty Angelia Wuisan
22. Pendar Cahaya Rumah-Mu Karya: Sakura Raihany Izza
23. Bulan Sabit Kecil Karya: Rika Rusianum
24. Senandung Rinduku Pada-Mu Karya: Asni Ahmad Sueb
25. Di bawah Kubah Suci-Mu Karya: Diewan Wulan Ai
26. Tasbih Hati Karya: Yuliana sugestina
27. Potongan Bulan Karya: Rini Febriani Hauri
28. Sudianto : SYAF PERTAMA DARI HITUNGAN JAM
29. Rumah-Mu karya: Ai Titing Setiasih
30. Disebuah Mesjid yang Sederhana Karya: Muhamad Dodi Kurniadi, SE
31. Memenuhi Panggilan-Mu Karya: Fajar Kurniawan Januar Efendi
32. Masjidpun Merindukan Kita Karya: Atika Lusi Tania
33. NENEK TUA PEMUNGUT DAUN Karya: Nyi Penengah Dewanti
34. Sajak Durjana Karya: Faizal Oddang
35. Tersadar dalam Kenangan Karya: Irdha Diah Utami
36. Saksi Sepotong Sajadah Suci Karya: Sandza
37. Masjid Oh Masjid Karya: Rismayanti
38. Lima Waktu Menyanyikan Cinta Karya: A’yat Khalili
39. ka Lantunan Adzan Menyapaku Karya: Bagas Jiddan
40. Perjalanan Musafir Karya: Zha Chocola
41. Masjidku Kini Karya: AniqZ3n Lintang Kelana
42. Riwayat Masjid-Mu Terdahulu… Karya: Astuti A.Palupi
43. Sembah Sujudku Karya: Ghofar El Ghifary
44. Antara Engkau dan Perjalanan Spiritualku Karya: HW Prakoso
45. Menara Cinta Karya: Syaiful Mustaqim
46. Azan Karya: Ruqayyah Hanifah El-Yunusi
47. Dalam Sujud Kutemukan Ketenangan Karya: Dewi Amalia
48. Sajadah dalam Surau yang Hilang Karya: M.Rahmat
49. Menemui Rinduku Karya: Dita Hyun Rin
50. Pupus Karya: Rusydi Zamzam
51. Langgar Karya: Sajak Raden Aksara
52. Sebelum Magrib Karya: Rian Ibayana
53. Marilah Menuju Kemenangan karya: Irfan Hidayat
54. Petapa Gila Karya: Ahmad Moehdor al-Farisi
55. Lantunan Indah Berkumandang Karya: Fifi Utami
56. Aku ingin Pulang Karya: Arista Devi
57. Di dalam Rumah-Mu Karya: Erma Rostiana D.
58. Aku Kembali Karya: Zahrah Satifa
59. Berlumur Dosa Karya: Rian Asnul Maulana
60. Alun-Mu Mengantarku Bersimpuh Karya: Profegama Mezzaluna Intanis Bunga Anugrahati
61. Sujud Lelampat Malaikat Karya: Yadi Alfateh
62. Jangan benci Aku, Tuhann Karya: Yasmin Hanafi
63. Sampai Karya: Melanida Tagari
64. Atas Nama Cinta karya: Aa_Kaslan
65. Tunduk Setengah Badan Karya: Winas Nazula F.M.
66. Tiga Malam Karya: Karyadi
67. Di Surau ini Ku Bersembunyi Karya: Edy Arif Tirtana
68. Kebersamaan itu telah Aku Terima dari Mu Ya Allah Karya: Rika Julia Koto
69. Tubuh Subuh yang Teduh Karya: Ayumi Maulida
70. Inilah Jalan Hidupku Karya: Ajie Wicaksono A T
71. Akulah Hamba: Parau dalam Surau Karya: Tubagus Rangga Efarasti
72. Di Pintu-Mu, Kubaringkan Hatiku Karya: La Jiwani
73. Bahagia di Bawah Langit-Langit Surau Kecil-Mu Karya: Chandra Ayudiar Arie
74. Masjid; Dia dan Mereka Karya: Ardie Pelopor
75. Maghfiroh-Mu Karya: Mirna Mardianah
76. Kerinduan Surau Karya: Kurnia Hidayati
77. Dalam Sujud Ku Karya : Nurhidayatika Awaliah Abdillah
78. Sajak Hamba Berkalung Dosa Karya: Rianto
79. Menghimpun Tobat Karya: Syamsa Hayyu
80. Derita Surau Tua Karya: Pena Hijau
81. Perjumpaan Karya: Zahra Qomara
82. Karena Rindu Tak Kunjung Menguncup Karya: Fauziah
83. Di Sini Kau Sentuh Hatiku Karya: Eva Riyanty Lubis
84. Deru Hati Pendosa Karya: Futicha Turisqoh
85. Akhirnya, Ku Menemukan-Mu Karya: Fitriana
86. Tanpa Tanda Jasa Karya: Alaysa Nichmatul Alaniah
87. Di Sudut Surau Mu Karya: Fanny YS
88. Hitam Putih Karya: aLeryovan Nahli Erlangga
89. Surau Sore Hari Karya: Zahara Putri
90. Fragmen Muazin Buta - buat alm. Asmar Karya: Hairul Anam Al-Yumna
91. Salam dari Masjid Karya: Novi arifiani
92. Getar Rinduku Karya: Fransiska S Manginsela
93. Di Masjid Karya: Fikrah Syailah Adam
94. Rindu Karya: VanisaDesfriani
95. Di Akhir Perjumpaan karya: Siti Nurjannah
96. Rumah-Mu, Kedamaianku, Harapan atas Asaku Wawan Karuniawan Suyuti AF
97. Izinkan Aku Kembali Karya: Fitri Juniarti (Azzura Aisy Sakinah)
98. Senjaku di Pintu Surau Karya: Yelfi Rahmi
99. Di Pangkuan-Mu Ada Insyafku Karya: Febri Mira Rizki
100. Aku Ingin Menemui-Mu Karya: Riyadi Marshall
101. Surau Cahaya Hidayah Karya: Nurul Azmi
102. Dalam Malammu Karya: Rudianto
103. Melepas Rasa Karya : Anisa Juniarti
104. Gema dari Bangunan Berkubah Karya: Ncit AW
105. Di Rumah-Mu Bersama Doaku Karya: Lina Ramdayani
106. Doa-doa yang Mengiba Karya: Dayu Setya Anggarani
107. Terbujur Kaku Karya: Alhafisyah Syahfatul Ai
108. Jejak Terakhir Keyakinan Karya: Robbi Saputra
109. Mesjid Terindahku Karya: Askar Marlindo Stp
110. Surau Di Ujung Sepi karya: IRFAN FAUZI.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhirnya, Sumpah Dokter! (Flashback Koass)

OSCE. Smt 3: END!

Berbaik-baik agar Baik